Thursday, July 28, 2016
Bisnis Pelukan untuk mengatasi kesepian warga
Bisnis Pelukan untuk mengatasi kesepian warga
Ada-ada saja yang dilakukan orang untuk mendapatkan sejumlah uang. Salah satunya, Ali C. Ali adalah seorang perempuan yang berdomisili di New York, dan keahliannya memeluk. Baginya, memeluk secara "harafiah" adalah bisnis yang sangat menguntungkan.
Seperti dilansir oleh New York Daily News, Ali memulai sebuah bisnis kecil yang membantu para warga New York kesepian dengan memberikan pelukan. Bisnis ini dinamakan Cuddle U NYC pada bulan November lalu. Ali dikabarkan telah bertemu dengan 30 klien sampai saat ini. Pertemuan dan bisnis pelukan ini dilakukan di apartemen Manhattan.
"Ini adalah sebuah pengalaman yang menenangkan dan menyembuhkan. Selama proses ini, orang-orang terasa sangat rapuh," ungkap Ali.
Pelukan hangat ini harus dibayar sebanyak Rp 727.974 ($ 60) untuk 45 menit, dan Rp 970 ribu ($80) untuk 60 menit. Ada juga beberapa paket khusus yang ditawarkan seperti Rp 2,4 juta ($200) untuk berpelukan sembari menonton film, dan Rp 6 juta ($500) untuk berpelukan semalaman.
Dalam websitenya, Ali mengungkapkan proses pelukan bisa berlangsung di sofa, lantai, atau tempat tidur. Untuk menghangatkan suasana, sebuah alunan musik yang menenangkan akan diputarkan.
"Posisi pelukan sendok adalah posisi yang populer dan menyenangkan. Aku akan sering membelai rambut, leher, atau wajah klien. Dan ini akan membuat klien merasa sangat santai," papar Ali.
Seperti diungkapkan Ali, ngobrol saat ia "bekerja" boleh saja dilakukan. Sementara itu ia tak memungkiri kalau seringkali ada gairah seksual yang terjadi. Hanya saja, kontak seksual ini sangat dilarang selama melakukan pekerjaan.
"Selama sesi berpelukan, tujuannya adalah untuk menenangkan, meredakan emosi, sekaligus terapi. Hanya saja bukan untuk seks," jelasnya.
Meski Ali mengklaim dirinya sebagai orang pertama di New York City yang bekerja sebagai pemeluk profesional, namun ia bukanlah orang satu-satunya di negara itu yang menghasilkan uang dengan pekerjaan seperti ini.
Pada bulan Desember, USA Today menyatakan bahwa Samantha Hess dari Portland, Oregon adalah "mesin wanita pemeluk".